Sabtu, 31 Desember 2011

Muffin Nyaris Gagal


Pencuci mulut untuk malam tahun baru kali ini. Muffin. Saya sudah lama mupeng ingin membuat makanan yang satu ini. Akhirnya kesampean juga. Meski hasilnya "nyaris" gagal. Bukan soal rasa. Rasanya tetap coklat dan manis. Tapi bentuknya, absurd. Dari luar memang cantik. Tapi dalamnya rentan dan mudah hancur. Selain karena saya sedikit melenceng dari rule, yang harusnya dikukus tapi muffin ini saya panggang, alibi lainnya adalah karena tidak sabaran. Wkwkwk, itu penyakit kritis.
Resepnya didapat dari internet juga. Namun saya tahu diri kok dan tidak akan menyalahkan resep berikut:

Sukarno Urban Bust by Damn! I Love Indonesia



Setelah meluncurkan Urban Batik, April 2011 lalu kini Damn! I Love Indonesia kembali bereksplorasi dengan menjargonkan Sukarno Urban Bust melalui Damn Supra Color Limited Edition Sukarno Urban Bust. Project yang keluar 26 Oktober ini turut menyemarakkan Hari Sumpah Pemuda. Dikutip dari ikebayoran.com, pemilik label Damn! I Love Indonesia, Daniel Mananta ingin menginternasionalkan karya bangsa melalui bust ini serta menyuarakan kembali semangat patriotisme.

Kamis, 29 Desember 2011

Orang Baik


Hari ini semua orang begitu mendukung dan menguntungkan. Termasuk Koko yang tadi mencoba mengelabui atau kegiatan mendorong mio yang stak karena tangki yang melompong. Tapi untungnya bertemu orang-orang kaya hati meski sekilas tampak tidak kaya harta. Tiga orang sedehana yang dekil tapi berwajah cerah -itu sih yang saya tangkap ketika mereka membantu-.

Seorang petugas kuning yang penuh keringat kemudian menegur gadis sok kota yang tidak pernah mendorong motor dengan alasan habis bensin pula. Itu saya sendiri. Tapi sejujurnya, saya tidak malu. Malah bangga karena pernah merasakan mendorong motor mogok yang habis bensin meski alasan utamanya bukan karena kantong bolong. Saya yakin tidak semua gadis, terlebih di kampus, pernah diklakson rentetan panjang mobil ditengah traffic light yang sudah hijau.

Sabtu, 17 Desember 2011

Caraku Mencintaimu - Pingkan Mambo



Aku bukan wanita yang mudah katakan sayang
Cukup kau tahu saja dengan sgala sikapku
Takkan ku umbar kata, sejuta perasaan ini
Karna kita tak tahu esok kan bagaimana
Aku takkan mengumbar kata cinta
Biarkanlah engkau yang tahu diriku ini
Kau ku cinta dengan caraku
Cukup kau nikmati caraku mencintaimu
Aku memang berbeda dengan wanita yang lain
Jangan paksa aku untuk jadi yang kau inginkan
oh uohoo
Cukup jalani saja ikuti hati kecilmu
Bila kau cintai diriku cintailah aku
Aku takkan mengumbar kata cinta
Biarkan lah engkau yang tahu diriku ini
Kau kucinta dengan caraku
Cukup kau nikmati caraku mencintaimu

Organisator Penggemar Olahraga Mengubah pandangan orang tidak semudah membalikkan telapak tangan



Tertarik di bidang sosial dan merasa tertantang pada kasus-kasus kriminalitas, mahasiswa kelahiran Pagaralam, 1 Januari ini menyakini profesi polisi sebagai cita-citanya. Dengan program kejurusan pidana yang diambilnya sekarang, Royke Marsada Takwa merasa ingin lebih berkorban untuk masyarakat. Selain itu Wawa, sapaan akrabnya, juga terinspirasi dari sang kakak Royke Sembayu yang telah berhasil menjadi anggota TNI.

Urgensi Bus Unsri yang Dangerous


Tulisan ini dikumpulkan dari donasi teman-teman yang dengan terbuka memaparkan unek-uneknya meski bukan cerita suka cita. Sambil berkeringat semangat atau dengan pasang muka masam bin suntuk yang buat saya ikut mengerut. Bisa karena tidak mengerti bahasa yang mereka gunakan saking berbelitnya atau ikut miris dengan perjuangan mereka untuk menuntut ilmu. Apalagi kalau bukan tentang bus unsri yang urgent namun dangerous.
 Kesemua koresponden setuju kalau tranportasi utama universitas ini lebih banyak modarat dari faedahnya. Salah satunya adalah “perang sikut”. Istilah itu saya dengar pertama dari seorang teman di fakultas ekomoni. Kabarnya perang yang satu ini tidak kenal gender. Lelaki-perempuan, muslimah-kristian, kalau ingin cepat sampai tujuan harus siapkan sikut tajam mereka.

Pelatihan Penulisan Publikasi Ilmiah

Meningkatkan Kualitas Menulis Untuk Memunculkan Trademark Seorang Akademis



Palembang, Media Sriwijaya – Diawali dengan kata sambutan oleh ketua panitia Putu Samawati, S.H., M.H. Pelatihan Penulisan Publikasi Ilmiah, Sabtu (30/10) berjalan lancar. Meski diawal acara yang dibuka oleh dekan Fakultas Hukum Unsri ini sempat molor dari waktu yang ditentukan, pukul 09.00 WIB, kegiatan yang akan diadakan secara rutin ini tetap berlangsung sesuai rencana. Diruang Zainal Abidin Fakultas Hukum kampus Palembang baik dosen maupun mahasiswa ikut berpartisipasi dengan pembawa acara Siti Annisa dan moderator Hamonangan Albariansyah, S.H., M.H.
Sebagai pemateri pertama Prof. Joni Emirzon, S.H., M.Hum. memberi judul materinya Jenis Publikasi Ilmiah dan Tata Cara Mempublikasikan Tulisan Ilmiah. Selain memaparkan seputar publikasi, buku dan jurnal, Profesor yang telah menulis kurang lebih tiga puluh judul melalui jurnal ini juga menerangkan syarat-syarat tulisan yang dapat diterima oleh penerbit diantaranya substansi satu masalah dalam satu bidang ilmu, memenuhi kaidah penulisan ilmiah yang utuh ( rumusan masalah, pemecahan masalah, dukungan teori mutakhir, kesimpulan dan daftar pustaka ), menggunakan bahasa Indonesia dan atau bahasa Inggris, memiliki ISSN ( International standart of Serial Number ), diedarkan secara nasional, dan terakreditasi DIKTI atau tidak kerakreditasi DIKTI. “ Menulis karya ilmiah akan memunculkan trademark seorang kalangan akademis. “ ujar Profesor Joni. Ditambahkannya bahwa jurnal yang memiliki website akan meningkatkan akreditasinya begitu pula dengan buku yang disertai indeks didalamnya. Diupayakan kepada dosen-dosen  untuk meningkatkan kualitas menulis ilmiahnya agar mampu memikat penerbit besar untuk menampung dan mempublikasikan kreatifitasnya tanpa mengeluarkan biaya, sambung beliau sebelum menutup makalahnya.
            Dosen lain yang ikut andil menjadi pemateri dalam kegiatan ini, Dr. Muhammad Syaifuddin, S.H., M.Hum., menerangkan tulisan ilmiah hukum berkisar filsafat, paradigma dan struktur penulisan artikel serta strategi publikasinya dalam berkala ilmiah hukum. Dalam sesi pertama tanya jawab Wahyu Erna NIngsih, S.H., M.Hum., dosen dari Fakultas Hukum,  mengajukan pertanyaan seputar yang berhak mendapatkan akreditasi dalam penulisan jurnal juga seberapa linearnya jurnal yang terakreditasi. Pertanyaan kedua dari Syahmin AK., S.H., M.H mengenai penyeleksian jurnal oleh DIKTI. Dijelaskan bahwa DIKTI menyeleksi jurnal sesuai bidang dan keilmuannya juga memperhatikan teknis pasca penulisan dan format penulisan termasuk RSUP ( Relevansi, Spesifikasi, Urgensi dan Priorly ) yang normative dan empiris.
            Di sesi kedua pelatihan,  Prof. Dr. Hj. Ratu Wardarita, M.Pd. yang merupakan guru besar dan asisten direktur I PPS Universitas PGRI Palembang menyampaikan makalahnya tentang penggunaan bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah. Menurut beliau bahasa hukum memiliki spesifikasi khusus yang menambah khasanah orientasi bahasa hukum dibandingkan bahasa lainnya.
Sempat terjadi perbedatan kecil antara dosen kopertis wilayah II ini dengan Amrullah Arpan , S.H., S.U. mengenai bahasa yang baik dan benar. Dosen fakultas hukum itu menempatkan dirinya sebagai orang awam dibidang bahasa dan beranggapan bahasa yang baik belum tentu benar tapi yang benar pasti baik. “ Semuanya disesuaikan dengan situasi.  Untuk itu baik dan benar digunakan menjadi point pementunya. “ jawab Ratu Wardarita meski masih dibalas beberapa pertanyaan yang sama berulang kali.
Makalah terakhir berjudul Sistematika dan Teknik Penulisan Artikel Ilmiah oleh Usmawadi, S.H., M.H.. Makalah tujuh belas lembar itu dijelaskan penuh canda dan agak tergesa-gesa dikarenakan waktu yang mepet. Dengan singkat beliau menerangkan tentang pentingnya menyertakan kutipan seperti foot note , end note dan catatan perut pada setiap pendapat atau buah pikiran yang dikutip  dari orang lain. Hal ini dimaksud untuk memperkuat atau mendukung buah pikir si penulis dan menjadikannya bahan analisis.



Minggu, 11 Desember 2011

Sisi Musi

Foto: Jembatan Ampera, Palembang

Sungai Musi tidak seburuk yang saya bayangkan setahun yang lalu memang. Hingga sekarang sepertinya akan jadi agenda tahunan LPM MS sebagai pengganti Makrab -Malam Akrab istilahnya anak organisasi, yang nggak punya organisasi, bengong!-. Tidak buruk mengarungi sungai lebar yang sedang musim pasangnya itu dengan kapal bermesin bising dan penuh oleh para calon sarjana hukum, Amin.
Tapi selain harga kapal yang naik dua kali lipat dari tahun lalu, mungkin efek SEA GAMES 2011, dan exhibitoin yang merakyat di pinggiran Benteng Kuto Besak tidak ada perubahan signifikan. Air sungainya tetap saja cokelat pekat, nggak penting. Serius, kapal-kapal tengker raksasa tetap meramaikan sungai ini. Surprice-nya, malah bertambah banyak dan sepertinya makin serius dikembangkan. Yang lain, kapal-kapal yang merangkap rumah tidak jauh beda dengan tahun kemarin. Tapi malah jadi pemanis sungai pekat ini. Belum lagi warung terapungnya yang pasti tidak lepas dari makanan yang namanya Pempek. Juga kios minyak berdinding kayu yang dikelilingi ban hitam dan bergoyang-goyang.
Oke, saya tidak akan cari-cari alasan negatif lagi untuk wisata yang satu ini. Untuk masyarakat Palembang sendiri, malu dong tinggal di Palembang tapi tidak pernah mengarungi sungai kotanya sendiri. Sementara untuk yang diluar Palembang, tidak salah jika mencoba membiarkan perahu mengayunkan tubuhmu. Pinggiran Musi tidak seburuk yang dibayangkan kok.Mulai dari perkembangan industri-nya yang mencoba mendunia meski belum tentu merakyat. Budaya menetap di airnya yang hebat, karena saya tidak berani membayangkan tinggal menetap diatas ombak Musi yang belakangan cukup kuat. Di perahu tiga puluh menit saja sudah buat mual. Belum lagi keberagaman agamanya yang dengan apik menyatu di pinggiran sungai. Rumah adat Palembang yang penuh dengan ukiran kuning terang dan cokelat gelap, masjid Al-Ghazali yang bersebelahan dengan pusat agama Budha bersama vihara-nya. Semuanya bersatu tanpa bentrok yang berarti.

Foto: Pulau Kemarau dari kejahuan

Jangan lupa juga mampir ke Pulau Kemarau yang punya legenda romantis tentang pemuda Cina yang ingin menikahi gadis Palembang dan harus mati di Musi menyelamatkan mas kawinnya disusul si gadis yang tidak rela calon suaminya mati sendiri. Tragis.
Tambahannya adalah ke masjid Agung yang megah dan tidak luput dari ukiran kuning terang khas Palembang-nya.

Kamis, 01 Desember 2011

Hilangnya Mata Pencaharian Akibat Pertambangan




Sumber mata pencaharian terbesar penduduk Indonesia adalah pertanian. Tapi apa jadinya bila sumber penghidupan mereka itu didapati sebagai daerah timbunan tambang seperti mineral atau batubara. Apa lagi bila investornya pihak asing yang tidak mengerti bagaimana budaya masyarakat setempat. Meski dalam kenyataannya adalah pemerintah terkait sebagai perwakilan rakyatlah yang melancarkan jalannya usaha “perampasan” mata pencaharian masyarakat oleh asing tersebut.