Minggu, 15 Juli 2012

Empat Pilar Negara Mulai Kabur


Media Sriwijaya, Palembang- Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mencoba mensosialisasikan empat pilar negara sebagai amanat dari UU no.27 tahun 2009 untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai empat pilar ini. Selain dengan metodelogi forus, seminar dan sosialisasi langsung ke pejabat negara dan masyarakat serta dengan mengadakan cerdas cermat yag ditujukan untuk kalangan siswa. MPR juga menghadirkan Dialog Empat Pilar Goes To Campus di sepuluh universitas, yaitu Universitas Diponogoro (Undip), Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Sebelas Maret ( UNS), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Sriwijaya (Unsri), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Hasanudin (Unhas).
Kegiatan yang di laksanakan pada Senin (9/7) di gedung Serbaguna Pascasarjana Universitas Sriwijaya ini dihadiri oleh narasumber Hajriyanto Y Thohari, Wakil Ketua MPR, Ganjar Pranowo, Wakil Ketua Komisi III DPR RI, dan Dr. Febrian, dosen Fakultas Hukum Unsri serta di pandu presenter Anya Dwinov.
Dibuka dengan jenaka dan tetap menyinggung masalah pemerintahan saat ini oleh komedian Temon, Jarwo Kuat dan Jaim, membuat dialog ini tetap menghibur. Ditambah lagi komedian yang membaur dengan narasumber dan peserta dialog membuat kegiatan ini tidak monoton namum tidak melenceng dari tema yang dihadirkan.
Dibuka oleh Pembantu Rektor 4, dialog ini membahas nilai empat pilar negara yang sudah semakin jauh dan kabur bukan hanya secara verbal tapi juga formal. Empat pilar negara sendiri adalah Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.


Beberapa tahun setelah reformasi, nilai-nilai empat pilar negara banyak yang ditinggalkan. Dapat dilihat pada pidato pejabat saat ini jarang sekali ditemui yang mengutip nilai-nilai dari empat pilar negara. Ditambah lagi dengan semakin banyaknya anggota eksekutif maupun legialatif yang terjerat kasus korupsi, jelas Hajriyanto.
Dampaknya rakyat banyak yang tidak percaya lagi terhadap lembaga negara. Buntutnya akan dilahirkan lagi lembaga negara baru yang fungsinya untuk kembali mengambil hati rakyat. Namun bila semakin lama dibiarkan hal ini malah akan menimbulkan tumpang tindihnya tugas dan fungsi lembaga negara tersebut. Ditambahkan Ganjar Prawono, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila semakin jauh dari kehidupan bangsa Indonesia kala ini. Dapat dilihat dari sukarya ditemukan nilai-nilia tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. “Kalau dulu kepentingan pribadi atau kelompok bisa dialihkan oleh kepentingan umum, namun sekarang setiap hari media masa mengabarkan nafsu pribadi dan kelompok bisa mengalahkan kepentingan umum.
Dijelaskan oleh Dr. Febrian bahwa lembaga negara haruslah eksis untuk keberlangsungan kinerjanya sendiri. Namun tetap dibatasi oleh adanya check and balance. Masyarakat haruslah memiliki kepedulian untuk menjaga nilia-nilai yang terkandung dalam empat pilar negara ini. Dengan demikian secara perlahan kesatuan bangsa ini akan semakin kuat. 

0 komentar:

Posting Komentar