Media Sriwijaya,
Palembang- Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) mencoba mensosialisasikan empat pilar negara sebagai amanat dari UU
no.27 tahun 2009 untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai empat
pilar ini. Selain dengan metodelogi forus, seminar dan sosialisasi langsung ke
pejabat negara dan masyarakat serta dengan mengadakan cerdas cermat yag
ditujukan untuk kalangan siswa. MPR juga menghadirkan Dialog Empat Pilar Goes
To Campus di sepuluh universitas, yaitu Universitas Diponogoro (Undip),
Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Gajah
Mada (UGM), Universitas Sebelas Maret ( UNS), Universitas Brawijaya (UB),
Universitas Airlangga (Unair), Universitas Sriwijaya (Unsri), Universitas
Sumatera Utara (USU), Universitas Hasanudin (Unhas).
Kegiatan yang di laksanakan pada Senin (9/7) di gedung
Serbaguna Pascasarjana Universitas Sriwijaya ini dihadiri oleh narasumber
Hajriyanto Y Thohari, Wakil Ketua MPR, Ganjar Pranowo, Wakil Ketua Komisi III
DPR RI, dan Dr. Febrian, dosen Fakultas Hukum Unsri serta di pandu presenter
Anya Dwinov.
Dibuka dengan jenaka dan tetap menyinggung masalah
pemerintahan saat ini oleh komedian Temon, Jarwo Kuat dan Jaim, membuat dialog
ini tetap menghibur. Ditambah lagi komedian yang membaur dengan narasumber dan
peserta dialog membuat kegiatan ini tidak monoton namum tidak melenceng dari
tema yang dihadirkan.
Dibuka oleh Pembantu Rektor 4, dialog ini membahas nilai
empat pilar negara yang sudah semakin jauh dan kabur bukan hanya secara verbal
tapi juga formal. Empat pilar negara sendiri adalah Pancasila, UUD 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.
Beberapa tahun setelah reformasi, nilai-nilai empat pilar
negara banyak yang ditinggalkan. Dapat dilihat pada pidato pejabat saat ini
jarang sekali ditemui yang mengutip nilai-nilai dari empat pilar negara. Ditambah
lagi dengan semakin banyaknya anggota eksekutif maupun legialatif yang terjerat
kasus korupsi, jelas Hajriyanto.
Dampaknya rakyat banyak yang tidak percaya lagi terhadap
lembaga negara. Buntutnya akan dilahirkan lagi lembaga negara baru yang
fungsinya untuk kembali mengambil hati rakyat. Namun bila semakin lama
dibiarkan hal ini malah akan menimbulkan tumpang tindihnya tugas dan fungsi
lembaga negara tersebut. Ditambahkan Ganjar Prawono, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila semakin jauh dari kehidupan bangsa Indonesia kala
ini. Dapat dilihat dari sukarya ditemukan nilai-nilia tersebut dalam kehidupan
kita sehari-hari. “Kalau dulu kepentingan pribadi atau kelompok bisa dialihkan
oleh kepentingan umum, namun sekarang setiap hari media masa mengabarkan nafsu
pribadi dan kelompok bisa mengalahkan kepentingan umum.
Dijelaskan oleh Dr. Febrian bahwa lembaga negara haruslah
eksis untuk keberlangsungan kinerjanya sendiri. Namun tetap dibatasi oleh
adanya check and balance. Masyarakat
haruslah memiliki kepedulian untuk menjaga nilia-nilai yang terkandung dalam
empat pilar negara ini. Dengan demikian secara perlahan kesatuan bangsa ini
akan semakin kuat.
0 komentar:
Posting Komentar