Minggu, 20 November 2011

Long Trip Today


Jangan bengong melihat map kota Palembang diatas yang saya coreti sedemikian rupa hingga "nyaris" sama dengan yang baru saya lewati seharian ini. Yang lebih tepatnya sih, "nyaris" dengan segala daya dan upaya. Saya tidak mengerti jalur tepatnya yang dilewati tadi. Makanya jadi agak absurd dan terlihat menyeramkan dengan rute panjang itu. Walau yang sebenarnya lebih seperti mendaki gunung dan lewati lembah, ngarang.

Setelah dari rumah saya di perumahan Bukit Sejahtera di daerah bukit kecil dengan menghabiskan persediaan mentega dan tepung lantaran bolak-balik bikin brownies kukus kami lanjut ke rumah om Ijal, kakak mama yang paling tua. Tepatnya sudah masuk di wilayah Banyuasin. Dua jam berlalu dengan makan bakso, cheese cake, bolu, puding cendol, beberapa snack lainnya dan kartu remi dengan bedak putih tebal di wajah. Hha.. saya, adji -adik pertama saya- dan tante Desi bermain "41". Round pertama dan kedua adji kalah telak dan merelakan mukanya dibejek dengan bedak baby. Tapi dua round selanjutnya saya yang kena bedak penuh hingga ke jibab dan dress abu yang buat saya bak "perempuan", itu kata beberapa sepupu remaja saya. Sialan, mereka anggap apa saya selama ini.

Lanjut lagi untuk mampir sebentar ke rumah Pakwo, kakak papa paling tua. Disuguhi bolu, risol segede banteng plus tanduknya, teh hangat yang pas di tengah gerimis dan lelucon-lelucon ringan khas keluarga kami. Perut mama yang kian meruncip juga tidak luput jadi highlight. Habis sudah segitu besarnya sih.

Terakhir nge-drop tante Desi dan keluarga ke rumahnya di perumahan Bukit Raflessia daerah kenten laut. Karena sudah terlalu malam jadi hanya sebentar untuk sholat dan ngangkut mesih jahitnya nenek yang tidak terpakai disana. Tidak sempat menyicipi pempek kulit yang ada di kukasnya deh. Cukup segelas coca-cola yang sudah tidak bergas lagi dan sebatang biskuit sandwich yang limited. How pity?!

Finish di rumah lagi deh. Meski sebelumnya sempat mampir lagi ke gudang papa di daerah bukit Siguntang, dekat masjid Baitullah, untuk menghidupkan lampunya dan melihat-lihat. Habis pak Dam, penjaganya, sudah moving diajak anaknya ke Bandung sih.

Thats all. Bersantai di kamar tercinta. Ruangan tiga kali empat meter bercat biru yang selalu buat saya rindu untuk nyudut disini. 

0 komentar:

Posting Komentar