Sabtu, 19 November 2011

Sabokingking, Cagar Alam untuk Raja Palembang

Palembang – Media Sriwijaya. Menanggapi satu tahun setelah disahkannya UU RI no.11 tahun. 2010, Fakultas Hukum Unsri turut bersumbangsih mengadakan menyuluhan hukum mengenai cagar budaya ini. Minggu (30/10), diawali kata sambutan dari Rd. Muhammad Ikhsan, SH., M.Hum yang selama ini concert mengenai budaya Sumatera Selatan, kegiatan ini melibatkan dosen FH Unsri yaitu, Hamonangan Albariansyah,SH,.MH., Henny Yuningsih, S.H.,MH. dan Artha Febriansyah, SH.,MH,. Sekitar duapuluh mahasiswa ikut serta menyambangi Kompleks Makam Sabokingking di kawasan PT Pusri.
Tokoh yang dimakamkan di kompleks ini antara lain Pangeran Sido Ing Puro  dan Pangeran Sido Ing Pasarean serta berdampingan dengan makam istri Pangeran Sido Ing Kenayan, yaitu Ratu Sinuhun yang diyakini sebagai penulis kitab Simbur Cahaya. Ada keyakinan bahwa Undang-undang Simbur Cahaya adalah "pengesahan" hukum adat (hukum lisan) yang saat itu telah berlaku pada masyarakat pedalaman Sumatera Selatan. Aturan adat ini berlaku hingga ratusan tahun sampai UU No. 5 Tahun 1979 berlaku efektif di Sumatera Selatan. Sebelumnya Simbur Cahaya terdiri atas lima bab, ini juga telah membentuk pranata hukum dan kelembagaan di Sumatera Selatan.
Nurdin, salah seorang pengelola yang turut memberikan penjelasan singkat dalam kegiatan ini mengatakan bahwa banyak dari para peziarah yang menyumbang untuk pengembangan cagar alam. Diantara mereka bahkan ada yang bernazar untuk membangun dinding atau memberikan keramik dan karpet. Meski pada akhirnya pembangunan tersebut merusak keaslian kawasan makam yang diatur dalam UU cagar alam.
Ketika diwawancarai Media Sriwiajaya mengenai peran pemerintah dalam pelestarian cagar alam ini, “ Pemerintah mulai peduli pada awal tahun 2008. Sebelumnya memang tidak ada perhatian dari pemerintah. Setelah awal 2008 baru mereka memberi dana lalu tempat ini dijadikan cagar alam.”
Kegiatan yang semula bertujuan untuk memberi kesadaran hukum mengenai pengelolaan cagar alam ini tidak begitu ditanggapi serius oleh masyarakat sekitar. Terbukti dengan sedikitnya warga yang hadir, hanya pengelola Komplek Makam. Padahal sebelumnya telah diundang secara lisan oleh pihak pengelola.
Namun disisi lain, kegiatan yang rencananya akan terus digalakkan ini tetap bermanfaat bagi para mahasiswanya. Kebanyakan dari mereka memang belum pernah mengunjungi pemakaman para pangeran tersebut. Bahkan beberapa diantaranya baru mendengar tentang Kompleks Makam Sabokingking, makamnya para raja Palembang.

2 komentar:

  1. iya,saya dulu ke sabokingking pas SD
    hahahaha
    dulu jelek banget..
    sekarang jadi bagus g???

    BalasHapus
  2. sekarang udah bagus, bersih pula. tapi ngk ada unsur cagar alamnya kecuali deretan kuburan penuh bunga. lebih kayak rumah penduduk bahkan kayak masjid karena warnanya hijau.

    BalasHapus